JAKARTA – Kuliah di luar negeri bukan perkara mudah, apalagi melalui program beasiswa. Selain harus memenuhi berbagai dokumen pendukung, kemampuan berbahasa Inggris juga menjadi salah satu komponen penting untuk mendapatkan kesempatan bergengsi tersebut.

Salah satu ukuran yang digunakan untuk menilai kemampuan bahasa Inggris seseorang adalah melalui skor Test of English as a Foreign Language (TOEFL) oleh Educational Testing Service (ETS) yang berkantor pusat di Amerika Serikat (AS). Setidaknya tes ini terbagi menjadi tiga jenis, yakni TOEFL paper based test (PBT), TOEFL computer based test (CBT), dan TOEFL internet based test (iBT).

Hasil TOEFL iBT diakui secara global. Untuk itulah, skor pada TOEFL iBT digunakan sebagai standar penilaian untuk studi ke luar negeri, khususnya ke negara yang menggunakan pengantar bahasa Inggris.

Tes ini berlangsung sekira empat jam, terdiri dari sesi reading, listening, speaking, dan writing. Sementara rentang skor TOEFL iBT berbeda dengan PBT dan CBT, yaitu dari 0-120.

Untuk menembus seleksi beasiswa ke luar negeri, umumnya skor yang dibutuhkan adalah 80 atau setara dengan 550 pada TOEFL PBT. Setidaknya terdapat lebih dari 9.000 institusi, baik agensi, kampus, perusahaan, atau program beasiswa di 130 negara di dunia mengakui skor TOEFL iBT. Bahkan, skor TOEFL juga menjadi syarat visa di Australia dan Inggris.

Dalam bidang akademis, alasan pentingnya skor TOEFL untuk beasiswa kuliah di luar negeri adalah mengetahui keterampilan berbicara, membaca, menulis, hingga mengerjakan tugas-tugas di negara tujuan nanti. Oleh sebab itu, melakukan latihan serta simulasi TOEFL sangat dianjurkan.

Sementara untuk mengikuti tes, kamu bisa menghubungi TOEFL iBT Resource Center di setiap kantor cabang yang ada di beberapa negara, termasuk Indonesia. Biaya tes sendiri bervariasi di setiap negara. (ira)